KEGELISAHAN DI KEPALAKU
Kegelisahan
berkunjung ke kepalaku. Tanpa permisi langsung duduk di depan TV. Menguasai remote
lalu mencari saluran paling sunyi. Pemandanganku semakin kelam. Pikiranku membayangkan
kesedihan paling tandas dari masa lampau. Belum puas, gelisah mengundang kekasihnya
untuk ikut mengerjaiku. Lengkap, masa depan tiba-tiba menggebrak meja sambil
teriak menuntut pertanggungjawaban akan nasibnya kelak kepada kepalaku yang mulai
lunglai.
Kelabu
langit menjadi panggung sekumpulan bintang. Barisan awan beriring-iringan menuju arah
barat. Bulan yang masih muda sangat tidak rupawan. Di kamar, di kepalaku,
melalui jendela tanpa tirai, aku sangat berharap barisan awan mau
menetaskan telur-telurnya. Tetes-tetes hujan yang menghunjam bertubi-tubi. Sayangnya
ketika diharapkan hujan malah absen. Seperti perempuan dalam kehidupanku. Kepalaku
semakin gelisah.
Dari
lubang ventilasi, angin dan dingin menyentuh kulitku, menyusupi pori-pori lalu
menjalar segala penjuru tubuh. Tubuh terpenjara berbagai kemungkinan buruk
dalam kepala. Mataku berharap lepas dari sarangnya. Muak dengan nasib sialnya. Tuannya
tidak berdaya. Kegelisahan dalam kepala mematikan seluruh panca indra.
Tuhan,
alam, hidup, waktu, gelap, sepi, nasib, rindu, mati. Beberapa kosa kata yang
lalu lalang di kepala.
Kepalaku
jalan raya kegelisahan.
(14.3.17.23:23)
Comments
Post a Comment