MARI BERSAJAK

“Apakah kebebasan itu bernama dan beralamat?”

HILANG

Aku ingin menghilang

bukan berarti pergi

bukan berarti mati

bukan berarti musnah

Aku hanya ingin tidak terlihat

Aku hanya ingin melihat

hujan, tempat, orang, waktu, memori, rindu 

semua hal, apa saja,
tanpa kecuali
tanpa tapi

Tanpa ada orang curiga apa yang ku lihat

Tanpa ada hakim selain Tuhan

LUPA

Apakah manusia pernah lupa?

Setiap kesempatan, jawabmu

Apa yang biasa mereka lupakan?

Nama, rasa, kata, jawabmu

Apa yang tidak mereka lupakan?

Dosamu! jawabmu

JANGAN BICARA

Aku ingin kau hadir disini

Dengan semburat senyum penuh

perhitunganmu menemaniku

Asal jangan bicara

Biarkan aku mengartikan senyum itu

Jangan kau bantu dengan bersuara

Karena mungkin aku akan kecewa

Ketika aku tahu senyummu terlalu palsu dan tak berjiwa

BEBAS

“Pernahkah engkau merasa bebas?”

“Pertanyaanmu salah,”

“Lantas apa yang harus kusuarakan?”

“Apakah kebebasan itu bernama dan beralamat?”

“Tentu. Kebebasan adalah jiwa yang tak terikat,

yang bebas berkeliaran kemanapun dia mau berlari”

“Dungu”

“Jelaskan”

“Kebebasan itu semu. Tidak nyata.”

“Maksudmu?”

“Pernahkah kau berkeliaran kemanapun kau berlari, tanpa membawa uang, tanpa peduli aturan?”

“….”

“Kebebasan baru benar-benar ada ketika engkau tidak tunduk pada nilai, pada norma, pada agama, pada uang, pada wanita, pada waktu, pada apa saja”

“….”

“Kebebasan baru muncul ketika engkau berbuat salah tanpa ada orang mencela”

“Maksudmu kebebasan tidak pernah benar-benar ada?”

“Tentu ada.”

“Membingungkan”

“Cerna kalimatku dulu”

“Aku masih tidak mengerti,”

“Kebebasan adalah jalan untuk menemukan batasan”

“Bukankah semua ada batasannya”

“Maka dari itu,”

“Jelaskan sesingkat-singkatnya”

“Carilah batasanmu dan kau akan menemukan kebebasan”

“….”