PGSD (Post Graduation Stress Disorder)

sumber: https://ontargetnews.com/


Hampir semua wisudawan/wati pasti mengalami penyakit ini. Ketidaksiapan untuk keluar dari ‘zona nyaman’ anak kuliahan yang segala administrasinya masih dibiayai APBN (Anggaran Pengeluaran Bapak N’simbok). Masa hura-hura menikmati kebebasan status mahasiswa tetiba menemui batas kadaluarsanya ketika lulus kuliah.

Perasaan baru kemarin sore di ospek oleh kakak tingkat di auditorium universitas sambil sesekali mbribik  maba-maba lain pelan-pelan merebak, mengetuk jendela ingatan. Membayangkan sekali lagi betapa hamba dengan semangat paling tinggi meneriakkan semboyan paling mahadahsyat HIDUP-MAHASISWA-INDONESIA-!!!!! Tapi kemudian tidak jadi karena sadar bahwa tiada maba yang berhasil di-bribik.

Muak mendengar cibiran mengenai gelar ‘mahasiswa abadi’ dari suara kanan kiri, tak tahan diwawancarai 'kapan lulusnya? kapan nikahnya? kapan matinya?' oleh tetangga-tetinggi, stres dengan jadwal dosen pembimbing yang sulit untuk diajak konsul skripsi, entah bagaimana caranya bisa menjadi faktor anti-motivasi yang mau tidak mau membuat para mahasiswa berlomba agar cepat menyandang gelar sarjana.

Setelah lulus pun masalah belum juga usai. Malah justru kian pelik. Pertanyaan tak berperikemanusiaan semacam sekarang kerja apa dan dimana adalah sahabat sejati para alumni. Kata-kata yang mengandung unsur ‘anggur’ dengan kadar tinggi sebisa mungkin dijauhi. Pamali.

sumber: https://gemasuryafm.com/


Alhasil banyak sekali saya temukan anak-anak alay baru angkatan tua (semua gender termasuk) . Saya tidak menyalahkan mereka karena saya pun salah satunya, hahaha. Dengarkan curhat kami wahai para durjana, maafkan segala ke-alay-an kami. Tapi jangan salahkan kami. Justru disini kami adalah korban dari sistem sosial yang kalian buat dan terapkan.

Dampak PGSD sendiri, selain meningginya tingkat kealaian para wisudawan/wati, adalah mudah grusa grusu dalam mencari pekerjaan. Asal tidak nganggur adalah kelebihan utama yang kami tulis di CV kami. Hal ini mengakibatkan banyak wisudawan yang pekerjaannya bergeser seratus delapan puluh derajat bujur sangkar burung kasuari dari jurusan yang dipilih semasa kuliah. Meskipun menikmati, tapi pasti ada momen 'kecewa' ketika bekerja yang tidak sesuai jalurnya. Ibarat pacaran satu abad dengan Dian Sastro, tapi kawinnya dengan kiper Thailand.

sumber : https://www.provoke-online.com/


Pun ketika ada yang sudah bekerja sesuai jurusan kuliahnya, saya masih menemui segala gejala frustasi dan depresi dari kerutan-kerutan dahi berdaki yang mereka punyai. Masalahnya tentu gaji yang tidak sesuai. Ya, mereka adalah kawan-kawan seperjuangan saya yang sedang berjuang dan mengabdi sebagai tenaga honorer di tempat mereka bekerja. Tetap semangat guys. Selalu ada cahaya di akhir terowongan. Kecuali pas malam hari serta lampunya mati. Tapi tenang saja, kata ibu kita kartini, habis gelap terbitlah terang kok.

Lebih parah lagi, wisudawan/wati yang masih belum menemukan jenis pekerjaan yang serasi. Derajat mereka seakan lebih rendah dari kasta paria. Dianggap sebagai produk gagal oleh lingkungan sekitar. Tentu stres demi stres akan dilalui secara kontinyu dengan kadar yang teratur. Betapa mengerikannya nasib kami.

Oke, saya tegaskan sekali lagi. Betapa mengerikannya nasib kami. Ternyata dunia kerja terlalu ganas dan liar. Betapa setelah wisuda saya menjadi banyak melamun dan hanya diam di tempat. Hanya abdomen saja yang semakin bergerak ke depan.

sumber: https://lifestyle.okezone.com/


Betapa tidak siapnya saya untuk menghadapi rimba dunia kerja. Betapa POST GRADUATION STRESS DISORDER ini sangat mengganggu saya. Dan juga betapa saya rindu untuk tidak mempunyai beban dan tanggung jawab.

Betapa menyedihkannya saya.

Tulisan ini kok mendekati akhir semakin suram ya? Maaf, saya mudah terbawa kecamuk emosi.
Tapi bukan orang Indonesia namanya kalau tidak bisa mengambil hikmah dari segala bencana yang mereka hadapi. Jadi hikmahnya adalah,

Sebentar. Setelah saya telisik lebih jauh ternyata saya tidak menemukan hikmah dari penyakit ini.

Karena tidak ada hikmahnya, ya jangan diam dan gerundel saja. Bergeraklah. Hati saya berkata  demikian.





Comments

  1. Wahahahaha udah lama ga mampir di mari. Tulisannya makin oke nih. Hmmm soal keluar dari zona nyaman pasca lulus, jujur gue ga pernah ngalamin, soalnya sebelum lulus gue udah daet kerjaan hahahahaha.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts