A TRIP TO REMEMBER
Untuk pertama dan juga mungkin yang terakhir
kalinya, aku dan teman sekelasku, kelas 5D PGSD UNY akhirnya pergi travelling
bersama. Kami sekeluarga mengunjungi Poorstone Town, atau bahasa bekennya Kota
Batu Malang. Sebenarnya travelling ini
kelihatannya biasa saja. Tapi jika melihat kompleksitas manusia dan masalahnya
di kelasku, bisa dikatakan piknik bareng teman-sekelas- komplit-semuanya-ikut
itu sungguh luar biasa.
Rencana piknik bareng-bareng ini sebenarnya sudah
lama sekali diisukan. Mungkin sejak jaman gula rasanya belum manis isu ini
sudah ada. Akan tetapi salah satu keistimewaan kelas 5D adalah hanya berencana
saja. Kami tidak hebat dalam hal perealisasian. Seperti seorang striker sepak
bola, kelas 5D hanya bisa menggocek bola dan melewati pemain bertahan lawan,
namun ketika sampai di depan gawang, sentuhan akhirnya selalu gagal menjadi
goal. Untungnya saja, aku sebagai striker Dejavu, tim futsal kelasku, tidak seperti
itu. Mencetak gol adalah bakat alamiku. J
Perlu waktu
lama untuk menyatukan pendapat teman sekelas. Hal pertama yang menjadi masalah
adalah kesanggupan setiap individu untuk mengikuti acara ini. Aku merasakannya.
Aku sangat apatis terhadap rencana ini. Bagiku kegiatan seperti itu tidak
berkualitas, hanya membuang-buang uang saja. Haha. Namun, karena dilakukan
voting dan semua anggota kelas setuju. Jadilah rencana ini semakin mendekati
kenyataan.
Alasanku apatis terhadap acara ini adalah aku sangat
tidak suka naik kendaraan darat yang bernama bis. Aku gampang mabuk ketika
sudah mencium aroma mesin bus. Bau yang sangat kubenci. Mungkin karena sejak
kecil aku sudah terbiasa naik jet pribadi ketika bepergian jadinya aku suka
mabuk darat, tidak seperti temanku yang lain. Juga sejak kecil, ketika
anak-anak seusiaku bermain gundu atau kelereng, aku sudah diajarkan ayahku
untuk bermain golef. Haha.
Setelah hampir semua anggota kelas setuju, lalu muncul
masalah baru. Yaitu tempat yang akan dijadikan tujuan piknik. Semuanya
mempunyai pendapat sendiri-sendiri. Akhirnya, Malang menjadi tempat tujuan yang
paling relevan dan disetujui warga kelas 5D. Lokasi wisata yang akan dikunjung
adalah Jatim Park 1, Museum Angkut dan Alun-alun Batu. Mulailah kami di awal
semester menabung tiap minggunya untuk mengurangi budget travelling ini yang
rencananya dilaksanakan pada liburan semester. Setiap minggu warga kelas membayar 20 ribu di tempatnya
Ninda dan komplotannya, kumpulan wanita ‘sadis’ yang ditunjuk untuk menjadi
pengumpul kas piknik. Karena kami terkenal
pemalas dan sangat tidak rajin maka kami sering telat membayar. Walhasil, diakhir waktu pembayaran uang
piknik banyak sekali yang keteteran dalam pembayarannya. Ada yang harus membuat
proposal pencairan dana peduli kasih pada orang tuanya. Ada juga yang berencana
mencuri ayam tetangganya tapi tidak jadi karena takut besok paginya masuk Koran
Kedaulatan Rakyat di kolom Sungguh-Sungguh Terjadi. Ada yang berencana hanya
membayar uang pikniknya saja dan tidur di bagasi ketika teman yang lain masuk
ke lokasi tujuan. Tapi ada juga yang
awalnya tidak mempunyai niatan ikut, sekali bersin langsung bisa membayar uang
pikniknya. Orang ini adalah keturunan Abdurrahman bin Auf, saudagar kaya
sahabat Rasul. Macam-macam lah cara yang digunakan untuk membayar uang piknik
ini. Namun pada akhirnya, semuanya tepat waktu membayar uang piknik. Sebenarnya
ada satu orang yang hampir tidak ikut piknik karena ada agenda yang lebih
penting. Namun karena rasa solidaritasnya tinggi atau lelah dengan agenda-agendanya,
dia memilih untuk mengikuti acara piknik ini. Konfirmasinya di hari H dan
membayar uang pikniknya di TKP kayaknya.
Ketika semua
sudah siap, uang sudah lunas, agen travel sudah fix. Kami warga kelas 5D
akhirnya berangkat ke Batu Malang pada Senin malam tanggal 19 Januari. Kedatangan
bis travel direncanakan jam 21.30. Sambil menunggu kedatangan bis, kami
mengadakan acara penghargaan Ter. Mulai dari kategori Terpopuler, Teraniaya,
Tergalak semuanya ada. Aku masuk kategori Tergondes. Aku heran kenapa aku bisa
masuk kategori ini. Benar saja aku tidak menang. Aku yang berhati santri ini
tidak rela jika menjadi Tergondes di kelas. Haha, alesan ga menang. Setiap
pemenang mendapat piala berupa gelas cantik. Ada satu temanku yang menang
kategori Teraniaya justru bangga. Kalau aku yang jadi pemenang, sudah
kupecahkan gelasnya. Haha.
kondisi sebelum pemberangkatan |
Setelah pengumuman award selesai, lalu lanjut ke
acara selanjutnya yaitu game, kado silang dan saling kritik antar teman. Acara
ini lebih terlihat sebagai ajang penjodohan ketua kelas yang mendapat kategori
Teraniaya dan artis Kelas yang mendapat kategori Terpopuler. Sampai disini
tidak jelas siapa yang menjadi Populer dan Teraniaya karena keduanya sama saja
dan justru bangga. Tetap semangat ya kalian, Bubur SumSum. Semoga langgeng.
Akhirnya bis travel pun sampai di depan kampus kami.
Kami pun berangkat menuju Malang. Aku yang phobia bis ini sudah menyiapkan
amunisi berupa antimo dan koyo cabe agar tidak mabuk. Dari Jokteng, Jogja sampe
Pujon, Malang aku tidur pulas ketika teman yang lainnya menikmati pemandangan
dan cangkeman ngalor ngidul. Walaupun ada juga momen aku terbangun karena
mengira sudah sampai Jatim Park dan menaiki salah satu wahana tapi ternyata
bukan. Itu adalah atraksi pak supir dalam mengendari bisnya yang sangat
menantang dan membahayakan. Tidak peduli apa yang ada di depannya, semua
disalip. Ada jalan rusak pun tetap ngebut. Hebat!
Ternyata antimo sangat ampuh untuk mencegah perutku
bergejolak. Sampai di tempat persinggahan untuk sarapan aku tidak mabuk. Jam 6
kami sampai di Istana Brawijaya, tempat persinggahan dan sarapan serta membeli
oleh-oleh. Dingin sekali cuaca di Malang. Badanku hampir menggigil. Kami
bergegas mandi untuk bersiap sarapan. Sebenarnya di kamar mandi ada dua
pilihan, air hangat dan air dingin. Tanpa menunggu perintah, semua cowok di
kelasku karena sangat kedinginan memilih mandi air dingin. Perlu diketahui,
kami ini terkenal sangat hemat. Biaya air hangat itu 7500 dan air dingin 3000.
Ada jurang yang curam sekali antara 7500 dan 3000. Haha. Tapi ada juga cewek
yang ekstrim nekat untuk mandi air dingin. Ketika sedang dingin-dinginnya kami
beradaptasi dengan kondisi setempat tiba-tiba matahari muncul dari
persembunyiannya. Tuhan memang Adil. Dingin yang tadi mengganggu terusir oleh
hangatnya pesona matahari. Semua kami yang kedinginan langsung tersirami hangatnya
cahaya matahari yang lewat. Tapi sayang beberapa detik kemudian gerhana muncul.
Keadaan kembali gelap dan suram. Kami pun lanjut bersiap untuk makan.
Setelah selesai makan kami berjalan-jalan disekitar
lokasi. Di lantai atas ada tempat oleh-oleh. Kami lalu naik kesana untuk
melihat-lihat dan membeli oleh-oleh sambil menunggu Jatim Park 1 dibuka. Aku
juga membeli sedikit oleh-oleh. Ada satu temanku tadi, yang katanya tidak ingin
ikut ke Malang ini justru kesetanan dalam hal membeli oleh-oleh. Haha. Setelah
puas berbelanja dan jarum jam sudah sampai di angka 9. Kami berangkat. Tapi
sebelum berangkat, kami sekeluarga berpoto-poto dulu sebagai kenang-kenangan.
Kami melanjutkan perjalanan ke Jatim Park 1. Ternyata lokasi Jatim Park 1,
Museum Angkut dan Alun-alun Batu itu satu kompleks. Aku baru tau.
personil dejavu eksis di depan pintu Jatim Park 1 |
punggawa cowok kelas 5D minus Riko n Dhika
Di Jatim park 1, ada 3 kejadian yang bagiku sangat
memorable. Setelah memasuki pintu masuk JTP 1, kami seperti memasuki museum
yang disana lengkap sekali miniatur rumah adat, kesenian, kebudayaan di
Indonesia. Juga ada taman sains dan lainnya. Tidak lupa kami berpoto-poto
disana. Sampailah kami pada tempat bermain JTP1. Tempat ini seperti Dufan.
Banyak wahana permainannya. Aku sebenarnya tidak ingin naik ke wahana-wahana
disana tapi entah kenapa aku tiba-tiba memberanikan diriku untuk mencobanya.
Kejadian pertama yang memorable yaitu Legenda Pendulum 3600. Ketika aku sampai di area bermain itu aku mencoba
wahana pertama yang kujumpai. Tidak tanggung-tanggung aku naik pendulum 3600. Wahana ini sangat
menguji nyali sekali. Karena wahana ini adalah wahana pertama yang kami jumpai,
aku dan beberapa temanku yang punya nyali mencobanya. Dan ketika aku naik
rasanya itu….. pertama aku mencoba tenang dan kool tapi ketika pendulum ini
sudah berputar, jungkir balik dan sebagainya aku mulai berteriak. Entah
kata-kata apa yang kuucapkan. Yang jelas aku berteriak terus sampai pendulum berhenti.
Jantungku hampir copot. Perutku bergejolak. Dan sialnya ketika masih berputar di
udara tangan dan kakiku kram. Anjrit. Ingin lepas tangan dan kaki biar rileks
tapi takut jatuh. Jadinya, aku menahan keram tangan dan kakiku. Saat itu kukira
teriakanku semakin keras. Setelah pendulum berhenti muncul kelegaan
mahadahsyat. Adrenalinku terpanggil. Aku ingin menaiki wahana lainnya. Tapi
yang paling berkesan ya hanya pendulum itu. Kutinggalkan semua masalahku dan
berteriak sekencang-kencangnya di pendulum itu. That’s an epic moment for me..
Setelah naik pendulum, kami lanjut ke wahana
selanjutnya. Kami masuk rumah hantu yang tidak menakutkan sama sekali, lalu
naik spin coaster yang menurutku lebih berbahaya cara nyopirnya pak sopir
daipada spin coster ini. Setelah itu puncaknya yaitu tornado, seingatku semua
cowok sekelas menaiki wahana itu baik yang berani maupun yang tidak. Setelah dikocok
perutnya ada dua temenku yang langsung tewas tak berdaya setelah naik tornado. Bagiku
biasa saja. Jantungku masih tertinggal di pendulum. Sebenarnya aku dan beberapa
temanku ingin menaiki Pukulan Api Menakutkan seperti di film Spongebob tapi
sayang wahana itu tutup. Di akhir tempat bermain itu, ada satu wahana yang aku
lupa namanya. Wahana ini cocok sekali untuk merilekskan badan. Wahana ini
adalah ayunan yang berputar-putar di ketinggian. Karena ketagihan aku
mencobanya dua kali.
tornado yang kurang gereget |
I'm the king of the century |
Di tempat inilah, lokasi terjadinya kejadian kedua
yang memorable, yaitu Misteri Tutup
Kamera. Ceritanya begini, ketika aku selesai naik ayunan terbang itu aku
dititipi kamera beserta tutup kameranya yang talinya sudah tidak ada. Aku mulai
memoto teman sekeliling. Temanku yang kecanduan ayunan terbang lalu mengajakku
untuk menaikinya lagi. Aku berlari cepat untuk menyusulnya keburu wahana itu
meluncur. Aku titipkan kamera beserta tutupnya kepada temanku yang mendapat
kategori teraniaya. Aku yang kecapekan setelah naik wahana itu tidak memikirkan
lagi nasib kamera dan tutupnya. Sampai disini kejadian bersambung.
Selanjutnya kami memasuki area pasar dan
perbelanjaan. Ternyata disini ada tempat oleh2nya juga. Di lokasi inilah
terjadinya kejadian ketiga yang memorable, Tragedi
Apel Busuk. Karena tadi sudah membeli oleh-oleh, aku hanya berencana
membeli apel saja karena apel di lokasi sebelumnya harganya mahal. Di lapak
yang jual apel, ternyata apel yang dijual jauh lebih murah dan lebih banyak
dari yang sebelumnya. Harganya variatif, ada yang 10ribu, 15ribu dan 20ribu. Aku
dan sebagian temanku langsung membelinya. Aku membeli dua bungkus malah. Itupun
uangnya minjem temen karna dompetku ketinggalan di bis. Setelah itu kami sholat
karena sudah jam setengah tiga. Kami sebagai musafir menjamak sholat kami. Setelah
itu kami kembali ke bis untuk menyudahi kunjungan kami ke JTP 1 ini. Kami
melanjutkan perjalanan untuk makan siang. Sampai di dekat bis, aku mencium
aroma bau mesin yang kubenci. Perutku langsung kontraksi akibat dikocok
habis-habisan oleh pendulu dan tornad tadi. Aku pun kalah. Akhirnya aku muntah.
Tapi syukur, kejadian itu tidak terjadi di bis.
Lokasi tragedi apel busuk |
Di bis, sebelum berangkat ternyata ada temenku yang
membeli apel di dekat lokasi pintu keluar JTP1 yang harganya sebungkus hanya
5ribu. Monyet! Kampret! Anjrit! Bajigur! kata-kata yang kuucap dalam hati. Untungnya
yang membeli apel murah ini hanya kaum minoritas. Karena aku dan temanku yang
membeli apel mahal lebih banyak, kami pun membully teman yang membeli apel murah
itu. Untuk membesarkan hati kami, kami menyebut apel murah itu sebagai apel
busuk.
Di perjalanan dari Jatim Park sampai pulang ke Jogja
kami membully teman kami yang membeli apel ‘busuk’ tadi habis-habisan. Sekedar info,
bentuk kongkret kasih sayang warga kelas kami bukan berbentuk sopan santun,
lemah lembut, dan basa-basi. Itu cupu juga kuno. Kami mengapresiasikan kasih
sayang kami dengan cara membully, mengejek, menghina habis-habisan teman kami
yang sedang terkena masalah. Biasanya pembullyan ini berhenti ketika ada teman
lain yang melakukan blunder yang baru. Pembullyan pun berganti subjek. Itulah romantisnya
kelasku.
Setelah tragedi apel busuk mulai terlupakan muncul
masalah baru dan ini kelanjutan dari Misteri Tutup Kamera. Mitha sang empunya
kamera beserta tutupnya menanyakan perihal keabstainsian tutup kamera. Merasa pernah
membawanya, aku lalu menjelaskan kepada Mitha tentang hilangnya tutup kamera. Aku
dan temanku lalu mulai merunut kembali kronologi hilangnya tutup kamera itu. Aku
masuk kategori tertuduh bersama Sabar dan Eko. Sampai pada satu kesimpulan
bahwa tutup kamera itu tertinggal di sekitaran wahana ayunan berputar tadi. Tapi
karena rasa kekeluargaan kami tinggi, kami lalu menyalahkan Sabar si kategori
Teraniaya. Haha. Si Sabar itu ibarat kompar yang siap menyala, tinggal
menghidupkan sumbunya saja dia akan meledak. Biasanya sumbu paling tokcer untuk
menyulut Sabar adalah Adib. Sabar yang tersulut dan merasa terhasut atas
hilangnya tutup kamera Mitha bahkan hampir membunuh Adib. Dia mencekik leher
Adib. Mengerikan sekaligus mengasyikkan. Benar-benar keluarga yang harmonis.
Setelah itu kami sampai di tempat makan siang. Lokasinya
lapang dan luas. Kami menunggu hampir setengah jam untuk kedatangan makan siang
itu. Bagiku, penantian itu terbayarkan dengan lezatnya menu makan siang ini. Di
sekitar lokasi, ada pula penjual apel. Saking frustasinya kami dengan Tragedi
Apel Busuk kami tidak berani menanyakan harga apel itu.
Lanjut. Selesai makan kami bertamu ke Museum Angkut.
Tempat ini adalah lokasi sempurna untuk berfoto-foto ria, karena disana ada banyak
sekali miniatur-miniatur kendaraan dan sejarah awal mulanya. Tidak hanya
kendaraan, disana ada juga miniatur kota-kota besar di dunia. Ada London, Roma,
Berlin, Paris, Las Vegas lengkap deh. Tinggal siapin kamera aja. Asyik
pokoknya. Setelah puas berfoto ria karna kelelahan kami istirahat menunggu
adzan maghrib. Ada beberapa yang naik kapal dayung dipasar apung untuk menunggu
panggilan muadzin. Aku juga menaiki kapal dayung itu lho. Mengasyikkan. Ternyata
mendayung itu gampang-gampang menakutkan. Setelah menjamak sholat dan seluruh
personil lengkap kami melanjutkan perjalanan kami.
di museum angkut |
keren sekali orang ini |
angkringan @museum angkut |
believe me. I'm in New York |
Di alun-alun Batu. Kami mendapatkan snack untuk
mengganjal perut kami setidaknya sampai pulang ke Jogja. Kami makan snack itu
disana. Ternyata alun-alun nya sangat sempit. Tapi ada komedi putarnya. Ada beberapa
yang naik wahana itu. Sebenarnya aku ingin sekali mencobanya, tapi aku takut
nanti di bis tidak bisa tidur. Di alun-alun itu kami hanya duduk dan mengobrol
saja karena kecapekan. Aku yang masih mempunyai sedikit semangat memanfaatkan
waktuku disana untuk berselfie ria. Bermodalkan kacamata pinjaman, kamera plus
tongsis juga pinjaman aku berselfie bersama teman-teman sekelasku. Karena mereka
berkelompok, aku mendatangi mereka satu persatu dan berjeprat-jepret. Satu fakta
yng menarik. Ternyata berselfie ria menggunakan tongsis itu sulit! Aku kewalahan
mengatur angle dan pose yang pas dan cocok. Aku harus banyak belajar. Setelah bosan
akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan. Dan tujuan terakhir adalah Jogja. Kami
pulang tanpa beban.
sok-sokan selfie di alun-alun batu |
Di bis tidak ada kegiatan menarik yang perlu
diceritakan karena semua sudah kelelahan. Kami beristirahat. Tidur. Nyenyak tidak
nyenyak aku rasa semuanya berusaha untuk tidur. Paginya kami sudah sampai di
depan kampus kami. Kami turun dari bis ‘horor’ itu. Sebelum bis meninggalkan
kampus, aku mengecek lagi apakah ada yang tertinggal. Selain tutup kamera,
ternyata ada yang tertinggal. Kenangan indah aku dan keluargaku masih
tertinggal di Kota Batu!!!! Tidak apalah. Paling tidak aku masih menyimpannya
di memori otakku dan kucoba abadikan lewat tulisan ini.
Hal yang paling berkesan bagiku, aku melihat semua
teman kelasku bahagia. Meski aku tidak tahu apakah mereka bahagia beneran atau
tidak. Setidaknya, kami memilik waktu bahagia bersama. Tertawa tanpa memikirkan
tugas dan dosen. Aku beri apresiasi setinggi-tingginya kepada teman sekelasku
terkhusus panitia yang sudah mengadakan acara ini. Apppplaausssee.
Nek ayunannya sama cowok ya? Ahihihi
ReplyDeleteaishhhh,,,, pssstttt!!! jangan buka aib orang
ReplyDeletepertama baca gue kira nggak menarik...
ReplyDeletetapi setelah dilanjutin ceritanya jadi menarik...
memori dengan teman itu emang indah. nggak bisa diungkapin dengan kata"...
Salam kenal... ^_^
bener bianget brooo... kenangan dengan mereka-meerka yang menyebalkan, menyusahkan dan membahagiakan itu emang ga ada matinya hahaha
ReplyDeleteTragedi tunas merapi ada gak akh :V
ReplyDeleteHaha,, ga mau ikut2an,,,
Deletewisata Malang sekarng seru2 ya... itu museum angkut pas aku kesana blm ada -__-. Padahal nth kpn lagi ada waktu main ke Malang :D
ReplyDeleteYess seru banget... Mungkin pas belom selse mbangunnya. Datang aja lg ke malang. Hehehe
Deletewishhhh, seru amat tuh ya kayaknya.
ReplyDeletecoba saya sama temen2 sekelas juga bisa kesitu waktu study tour nanti..
Serunya pake bgt berooo.. Tak doain semoga bisa kesampaian ke malangnya sama temen sekelas
Delete