HEY SAHABAT KECILKU
Hey sahabat kecilku, ingat tidak waktu pertama kali
kita berjumpa. Ah pasti kau sudah lupa. Tapi tak apa. Akan kuingatkan kembali. Pertama
kali aku melihatmu yakni ketika kau sedang berkunjung ke rumah nenekmu. Tidak
jauh dari rumahku. Sore itu kau sedang asyik bermain robot remote control.
Tahukah kau. Itu adalah pertama kalinya aku melihat mainan sekeren itu! Sungguh
aku ingin mencoba memainkannya. Tapi aku malu. Karena aku belum mengenalmu. Kukira
kau hanya anak kota yang hanya sekedar berlibur ke rumah neneknya. Ternyata aku
salah. Kau akan tinggal bersama nenekmu. Akibat dari ayah dan ibumu yang sibuk
bekerja dan baru saja melahirkan bayi yang mana itu adalah adikmu, kau
dititipkan dirumah nenekmu. Kau akan menjadi warga kampungku. Saat itu aku
tidak pernah tahu bahwa kau akan menjadi bagian terpenting dalam hidupku.
Hey sahabat kecilku. Sekarang aku yang lupa. Aku
tidak ingat bagaimana awalnya kita bisa menjadi teman. Mungkin karena kita satu
lingkungan dan sering bermain bersama lalu kita menjadi teman. Aku tidak
mempermasalahkannya. Aku hanya kagum dengan mudahnya kau bergaul dengan suasana
baru. Kau bahkan bisa dikatakan menjadi orang yang ditakuti. Ketika kau tidak
setuju atau terganggu dengan ulah temanmu kau langsung mengajak berkelahi.
Meski tidak jarang kau kalah. Tapi hal itu membuatmu disegani. Yang juga sering
membuatmu mempunyai banyak musuh.
Hey sahabat kecilku. Banyak kenangan hebat yang
pernah kita lalui bersama. Kau sangat berjasa bagi hidupku. Memang aku
mempunyai keluarga juga saudara. Tapi aku selalu menganggapmu sebagai kakak
sejatiku. Kau mengajariku banyak hal. Kau mengenalkanku pada dunia luar. Kau
adalah guruku juga temanku.
Hey, sahabat kecilku. Ingat tidak waktu itu. Ketika
jam setengah satu siang aku selalu menunggu di tikungan jalan menuju rumahmu.
Aku selalu setia menunggu kehadiranmu pulang dari sekolah demi menonton acara
favorit kita berdua, Wiro Sableng. Iya, waktu itu keluargaku belum punya
televisi dan hanya di rumahmu lah aku bisa menontonnya. Sebenarnya bukan cuma
Wiro Sableng saja yang kutunggu, tapi yang lebih penting adalah petualangan
baru apa yang akan kita lalui bersama di hari itu. Jujur saja aku paling nyaman
bermain denganmu. Mungkin karena kau anak orang kaya dan tentu mempunyai mainan
banyak. Aku tidak munafik. Tapi selain hal itu, ada sesuatu yang lain dari
dirimu yang tidak kurasakan ketika bermain dengan yang lainnya. Kau adalah
guruku juga temanku.
Hey sahabat kecilku. Ingat tidak waktu itu. Ketika
setiap pagi jam lima kau selalu membangunkanku di tempat tidurku. Sebenarnya
aku kurang suka dengan perbuatanmu karena aku dan kasur mempunyai ikatan yang
istimewa. Tapi karena kaulah, aku berani meninggalkan surga pagiku. Iya, kita
sering lari pagi bersama. Meskipun itu hari sekolah. Kau sangat bersemangat
dengan kegiatan itu. Aku tidak tega mengabaikanmu. Terlebih juga ada rasa
bangga karena kau memilih mengajakku dibanding teman-temanmu yang lainnya. Kita
laari bersama mengelilingi kampung dan menghirup udara segar yang sampai
sekarang masih kuingat. Kau adalah guruku juga temanku.
Hey sahabat kecilku. Aku sangat suka hari Minggu.
Kenapa. Karena kau pasti akan mengajakku bermain dan menjelajah tempat baru.
Tapi tempat favoritku tentu rental PS. Kita berdua mempunyai hobi sepak bola.
Bisa dikatakan kita sangat gandrung dengan yang namanya bola. Di hari Minggu
lah hari wajib kita silaturahmi ke rental PS. Banyak kenangan indah ketika kita
bermain PS karena kupikir sudah lebih dari ratusan kali kita bermain PS. Tentu
kau adalah orang yang pertama kali menganlkanku dengan mainan itu. Terimakasih
karena kau telah mengenalkanku Play Station. Sampai sekarang aku sangat
tergila-gila dengan mainan itu. Kau adalah guruku juga temanku.
Hey sahabat kecilku. Bukan cuma Play
station saja yang kau ajarkan padaku. Banyak mainan lainnya yang kau ajarkan
padaku. Mulai dari tenis meja, catur, karambol dan permainan lainnya. Kau
adalah guruku. Jasamu yang paling tidak akan pernah kulupakan adalah ketika kau
mengajariku naik sepeda. Aku adalah pembelajar yang buruk. Sampai kelas 2 SD
saja aku belum bisa naik sepeda roda dua. Aku sangat malu dengan temanku yang
lainnya. Dengan sabarnya kau mengajariku naik sepeda. Dan ketika diajari
olehmulah aku baru bisa mengendalikan alat itu. Padahal sudah beberapa kali
ayahku mengajariku tapi tidak pernah bisa. Terimakasih. Kau adalah guruku juga
temanku.
Hey sahabat kecilku. Masih ingatkah
kau. Kau adalah orang pertama yang membuatku mengagumi hujan. Dulu, aku sangat
membenci hujan karena hujan adalah bencana bagi waktu bermainku. Tapi kau tidak
mempermasalahkan hujan. Kau justru sangat menikmati hujan. Kau membuka mataku.
Kau mengajakku untuk berjalan di derasnya hujan dengan payungmu. Kau
mengajarkanku untuk menikmati setiap rintik bunyi hujan. Ternyata berjalan di
derasnya hujan itu sangat mengasyikkan. Mulailah aku mengagumi hujan. Setiap
ada hujan aku sering berjalan-jalan. Kadang memakai payung kadang tidak. Meski
sering aku dimarahi orang tuaku aku tidak mempermasalahkannya. Aku menikmatinya.
Hey sahabat kecilku. Masih banyak
kenangan indah lain yang mengasyikkan denganmu Tapi aku selalu mempunyai
masalah dengan ingatanku. Aku adalah pelupa yang luar biasa. Jadi maaf jika ada
kenangan-kenangan indah lain yang belum kuceritakan disini. Alasannya selain
karena aku pelupa, juga karena setiap hari bersamamu adalah momen yang
menyenangkan jadi aku tidak pernah bisa menentukan momen paling indah
bersamamu.
Hey sahabat kecilku. Tahukah kau.
Ketika bersamamu hal yang paling kubenci adalah waktu. Semakin hari kau semakin
dewasa. Pergaulanmu menjadi lebih luas. Kau adalah orang yang suka tantangan.
Jadi kau selalu mencoba hal baru. Kau mulai menjauhiku karena kau tahu aku
tidak suka itu. Terimakasih karena telah menghormatiku. Semakin hari kau
semakin punya banyak masalah. Aku sangat ingin membantumu. Tapi sepertinya ada
jarak diantara kita. Mungkin kau malu denganku. Jadinya kau menjauhiku. Aku
sangat sedih. Tapi karena aku juga mempunyai teman lainnya setidaknya
kesedihanku tidak terlalu dalam.
Hey sahabat kecilku. Sampai sekarang
dewasapun kita jarang berjumpa. Ketika berjumpa pun ada rasa segan diantara
kita. Mungkin karena dunia pergaulan kita yang sudah berbeda. Tapi tak apa. Kau
akan selalu kukenang. Kau akan selalu abadi. Ada dua kata yang jarang kuucapkan
kepadamu. Maaf dan terima kasih. Maaf karena aku tidak bisa selalu menjadi
teman baikmu. Terima kasih karena kau telah menjadi teman terbaikku.
Hey sahabat kecilku. Kini kau akan
menempuh hidup baru. Aku rasa wanita
yang akan menjadi istrimu itu sangat beruntung menikah dengan lelaki sepertimu.
Disamping hal-hal negativ yang kau pernah lakukan kau mempunyai hati yang
mulia. Terhadap orang yang kau sayangi kau akan selalu membelanya dan berkorban
untuknya. Aku selalu mendoakan kau akan selalu bahagia dengan kehidupan barumu.
Hey sahabat kecilku. Maafkan aku
yang hanya sanggup berkata “Selamat menempuh hidup baru”
hmm, teruntuk teman dari masa lalu?
ReplyDeletesedih ya memang kalau inget sahabat jaman dulu...
Sedihnya pake bangettt gan
DeleteSahabat kecil memang selalu mengingatkan pada waktu yang tak bisa digantikan :)
ReplyDeleteYups, harus setuju kalo itu
Delete