AKU, GELAP DAN CAHAYA

“We can easily forgive a child who is afraid of the dark; the real tragedy of life is when men are afraid of the light.”
Plato
Seandainya bulan cukup berani memancarkan cahyanya sendiri
Tanpa perlu menunggu pantulan mentari
Mungkin gelap takkan menjadi masalah berarti bagi langkahku
Tak ‘kan ada lagi pembeda yang menjadi dasar pembeda
Tak ‘kan ada lagi gelap-terang
Aku pasti selalu bahagia tidak menyaksikan gelap
(Apakah gelap bisa disaksikan? Bukankah gelap membuatku tidak bisa menyaksikan? Ah, aku bingung terhadap kalimatku ini)
Atau mungkin justru aku tak pernah ada
Karena gelap adalah aku

Sudah lama aku tak berjumpa sang cahaya
Sang Benderang
Aku tidak rindu
Mungkin sedikit masih aku tak sanggup hidup tanpa beriringan dengannya
Harus kuakui itu
Aku bertanya-tanya dalam hati
Apakah cahaya ada karena gelap?
Atau cahaya memang sudah ada sehingga ketika cahaya pergi baru aku bertemu gelap?
Cahaya atau gelap dulu yang muncul pertama?
Atau kalian muncul bersamaan sehingga aku harus memilih satu diantara?
Aku tak tahu
Yang kupahami kini ku berada dalam kegelapan
Seperti memasuki lorong tak berujung
Bahkan aku tak melihat bayanganku
Tersesat dalam pekat

Aku tak berani mendekati cahaya
Sang cahaya pun seolah mengacuhkanku
Tak pernah kurasakan abu-abu
Tak pernah ku ditengah-tengah
Selalu saja nafasku terengah
Sulit rasanya untuk sekedar tuma’ninah
Mungkin karena terlalu pongah, kebanyakan tingkah
Aku tak menyangkalnya, aku tak merasa lelah
Tak pernah aku puas lalu merasa cukup sudah.
Aku dan diam seolah mempunyai dendam terpendam

Aku tidak terlalu bodoh untuk selalu tunduk pada dunia
Aku ingin menjadi cahaya, dulunya
Ingin ku memberi warna baru selain me-ji-ku-hi-bi-ni-u
Malang aku justru malah tersesat
Terlalu memusuhi dunia sehingga aku justru terlena
Cahaya yang kunyalakan tiba-tiba kehabisan bahan bakar
 Terjungkal
Hilang akal
Redup lalu padam
Bak bangkai hewan biadab
Tak seorang mempedulikan
Menutup ditutup tertutup

Sekarang???
Aku masih tak tahu apakah cahaya akan menghampiriku?
Konon katanya cahaya akan selalu memberi petunjuk bagi yang ingin melihatnya
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah aku akan berhenti dalam gelap?
Atau bergerak lalu mencari cahaya?
Yang kuingin adalah bertemu cahaya
Tapi entahlah
Aku takut aku tak mampu menjaga cahaya lagi
Aku terlalu pesimis karena realistis
Aku sadar
Aku tahu yang kubutuhkan adalah waktu

Untuk berpikir

(Sore tahun 2014)

Comments

Post a Comment

Popular Posts