SELAMAT TIDUR

Aku kurang bermakna di kehidupanmu, sama seperti sangat bermaknanya dirimu dalam kehidupanku.

Aku merindukanmu malam ini, di jam yang menunjukkan angka identik 11.11 WIB. Kadar rinduku saat ini mungkin tidak lebih hebat dari kemarin malam pukul 00.35 WIB ketika badai rinduku hampir meyakinkanku untuk mendatangi tempat tinggalmu untuk sekedar mengucapkan selamat malam. Meskipun demikian, rinduku malam ini sudah cukup memaksaku terjaga. Pikiranku tak karuan loncat-melompat entah ke arah mana saja, ke segala arah, setiap sudut ruang hampa. Hanya, tetap kamu yang menjadi benang pengikat pemikiranku, yang justru membuatku gelisah dan lebih waspada setiap kali bertemu denganmu baik di dunia semu maupun nyata.
Malam ini, seperti malam kemarin dan kemarinnya lagi aku ditemani lampu tidur yang menyala remang-remang. Akhir-akhir ini aku sangat gemar tidur dengan nyala lampu yang agak redup. Aku tidak mau tidur dengan suasana gelap. Sudah cukup hatiku saja yang gelap. Setidaknya ada sesuatu yang berusaha untuk menyinariku meskipun remang-remang. Setidaknya ada harapan. Tidak perlu kepastian, sebuah kata yang bagiku terlalu congkak. Lebih congkak daripada kata congkak itu sendiri. Karena hanya Tuhan yang berhak menggunakan kata ‘kepastian’ itu.
Aku tidak menyalahkanmu perihal kesulitan tidurku malam ini dan malam-malam yang sudah-sudah dan juga malam-malam yang akan datang. Aku sudah tahu hal ini akan terjadi sejak pertama aku bertemu denganmu. Bakatmu akan menjadi sia-sia jika tidak kau gunakan untuk mengganggu malam-malamku.
Ada sedikit harap. Sedikit saja. Ketika malam ini aku merindukanmu, aku berharap kau juga sedang merindukanku. Tapi, mustahil! Mungkin kau sudah tertidur pulas. Maukah kau memimpikanku? Ah, rasanya peri mimpi tidak mengijinkanku menghampirimu di dunia mimpi. Aku kurang bermakna di kehidupanmu, sama seperti sangat bermaknanya dirimu dalam kehidupanku.
Bolehkah aku mengucapkan selamat tidur malam ini? Ah, kenapa aku harus meminta ijin untuk sekedar mengucapkan selamat tidur kepada bayanganmu di kepalaku?
Selamat tidur. Berbahagialah. Aku akan berusaha menjauhimu. Agar aku tidak mengganggu kehidupanmu dengannya. Aku tidak mau disebut sebagai tetangga berisik. Meskipun malam ini aku sangat berisik. Aku berpesan, jangan kau panggil namaku lagi. Karena satu panggilan saja dari mulut manismu itu sudah cukup untuk menghancurkan pertahananku terhadapmu.


(untuk anjing betina yang sedang tertidur lelap di samping kekasihnya dari anjing kesepian yang sedang melolong di sesudut gang, 11.45 PM)

Comments

Popular Posts