ENIGMA : PART 1
Menurut mereka, kebahagiaan adalah jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh pikiran mereka. |
RENA
“Malam yang berdusta,” katanya
membuka percakapan sambil menaruh nampan yang diatasnya berdiri dua cangkir
minuman dan semangkuk biscuit coklat yang dia bawa dari dalam rumahnya lalu
duduk dan menawarkan suguhannya. “Silakan pilih saja. Mau kopi atau teh?”
katanya menawari Rena lalu mengambil posisi duduk di kursi sebelahnya. Mereka sama-sama
menatap langit yang kosong. Hanya ada gelap tanpa pendar bintang apalagi sinar
bulan, seolah malam ini langit memusuhi mereka. Apakah ini dusta malam yang dia
maksud?
“Apa ada yang salah dengan malam ini?”
tanya Rena sedikit datar meskipun sejujurnya Rena selalu penasaran dan terpesona
dengan cara berpikirnya yang luar biasa. Rena hanya menjaga pertahanannya
jangan sampai dia tahu Rena mengaguminya, “dan kalau boleh, aku memilih teh saja.”
jawab Rena tentang minuman yang dia tawarkan. Seumur-umur Rena bertamu ke rumahnya
Rena tidak pernah ingat dia menyuguhinya air putih. Selalu kopi dan teh. Dia
juga hanya menawari Rena minuman itu setelah selesai membuatnya. Tidak pernah sebelum.
“Bukan hanya malam ini,” jawabnya
tegas, “sudah sebulan ini. Malam seharusnya dingin, tidak boleh panas. Jika
terus begini manusia akan semakin lupa tentang keseimbangan.” Jawaban yang
semakin membuat Rena penasaran. “Apa hubungan antara manusia dan malam?” tanya
Rena mempersilakan pria itu untuk melanjutkan pemikirannya.
Pria itu menatap Rena sejenak,
lalu tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke langit lagi sambil mengambil
kopi buatannya dan menyeruputnya dengan mesra, seolah kopi itu adalah
kekasihnya. Ketahuilah kopi, kau sudah berhasil membuat Rena cemburu, walaupun
Rena tidak punya hak untuk cemburu. “Bukan hanya dengan malam, tapi dengan
seluruh alam,” dia berhenti sebentar, memberikan jeda bagi Rena untuk mencerna
kalimatnya, “siang dan malam adalah contoh paling nyata tentang keseimbangan. Siang
harus terang, malam harus padam. Siang tentang matahari, malam tentang bulan. Siang
adalah panas, malam adalah dingin. Semuanya saling terkait dan mengikat, jangan
kau sebut mereka berlawanan. Mereka saling menyeimbangkan. Bukankah
keseimbangan adalah hal yang paling diinginkan manusia?”
Rena terkesima dengan ucapannya,
tapi ada satu hal yang membuat Rena merasa tergganggu, kalimat terakhirnya. “Menurutku
kebahagiaan adalah hal yang paling dicari manusia,” timpal Rena untuk
mengimbangi kalimatnya, “maaf sebelumnya, bukan bermaksud untuk mendebatmu,
tapi sejauh yang ku lihat dan kurasakan, kenyataannya seperti itu.”
Dia menyeringai seteleh mendengar
kalimat yang diucapkan Rena, entah itu senyum mengejek atau memuji, Rena tidak
tahu. “Semua manusia memang mencari sesuatu. Baik di dalam dirinya maupun di
luar dirinya. Kemudian manusia menyimpulkan sesuatu yang dicarinya adalah
kebahagiaan. Menurut mereka, kebahagiaan adalah jawaban atas segala
pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh pikiran mereka. Saat bahagia, manusia tidak perlu repot-repot menanyakan pertanyaan-pertanyaan
hakiki mereka lagi. Padahal sebenarnya yang dicari mereka adalah Tuhan. Entah
Tuhan yang mana yang mereka cari, yang jelas Tuhan yang bisa menenangkan
mereka. Bukan bermaksud menghina bahagia, hanya saja aku merasa ketenangan
tingkatnya lebih tinggi dari kebahagiaan. Mungkin, hanya sekedar mungkin, aku
juga masih mencarinya, ketenangan hanya bisa diperoleh dengan menyeimbangkan
diri kita. Cara paling sederhana ya hanya belajar dari alam. Carilah polanya
dan kemudian kau akan menemukan konsep tentang keseimbangan. Dan juga supaya
kau tidak bertanya lagi, manusia yang ku maksud adalah manusia pada umumnya,
yang pernah kutemui, kulihat, kudengar dan kubaca. Tentu setiap manusia
mempunyai pendapatnya tentang sesuatu yang dicari dalam dirinya. Aku tidak akan
memperdebatkan mereka. Aku hanya menyampaikan apa yang kupikirkan.”
Wow, Rena semakin terpesona
dengan pria itu. Rasanya kekaguman Rena pada dirinya semakin meningkat. Meskipun
Rena masih dalam proses mencerna kalimatnya, tapi Rena sudah cukup senang
dengan pembicaraan mereka, pembicaraan yang dimulai dari basa-basi yang
kemudian menjadi obrolan super berat. Entah Rena harus memberikan respon apa.
Seandainya tidak malu, mungkin Rena sudah memberi tepuk tangan padanya.
“Hei, apakah kau tidak suka
dengan teh buatanku?” tanyanya memecah kebuntuan. “Sebentar lagi. Teh ini masih
panas.” Jawab Rena sambil mencicip biskuit yang ada di meja yang memisahkan mereka
untuk sekedar menghormati keramahannya.
“Jadi, kenapa kau jauh-jauh
datang kemari? Robin bermasalah kah?” tanyanya mengganti subjek pembicaraan
yang memang sudah tidak bisa dilanjutkan lagi karena Rena sudah kehabisan akal
untuk membalas kalimat filosofisnya. Mungkin di lain hari Rena akan menemukan
jawabannya. Untuk saat ini, Rena masih mempelajari kalimat sang pria.
Tentu saja setelah basa-basi yang
berat ini pria itu langsung ke puncak permasalahan. Tanpa menanyakan kabar Rena
atau hal yang baru tentang Rena. “Sebenarnya,” Rena diam sebentar, “aku juga
tidak tahu kenapa aku justru kemari? Tidak etis rasanya membicarakan masalah
rumah tanggaku denganmu. Tapi apa boleh buat, aku sudah tidak tahu harus kemana
lagi. Setahuku kau lah orang yang paling mengenal Robin.” Tentu saja, dia orang
yang paling mengerti Robin, dia adalah kakaknya, yang dengan tidak warasnya, Rena
kagumi dan diam-diam cintai!
“Aku semakin penasaran dengan
masalahmu kali ini. Tidak seperti biasanya. Silakan ceritakan masalahmu. Aku akan
menjadi pendengar yang baik dan kalau bisa aku akan memberikan sedikit saran
untuk keluarga yang baru seumur jagung ini.” katanya sambil tersenyum.
“Masalahnya sederhana. Aku rasa Robin selingkuh,” kata Rena sambil menatapnya,
mencoba meyakinkannya bahwa Rena sangat serius dengan kalimatnya.
"Saat bahagia, manusia tidak perlu repot-repot menanyakan pertanyaan-pertanyaan hakiki mereka lagi." Mantap :)
ReplyDeleteMakasih gan,,
Deleteenigma kayak mesin perang dunia 2 milik nazi. hehehe.
ReplyDeletestorynya keren nih
ya,, hampir seperti itu
Deletetapi enigma yang disini tu maksudnya sesuatu yang tak ada akhirnya :)
makasih gan,,