BERTENGKAR DENGAN KATA


Malam ini aku bertengkar lagi dengan kata. Sudah sejak Februari lalu aku ingin menulis cerita tapi kata tak pernah muncul di kepala maupun di ujung pensil yang ku pinjam dari teman-tak akan pernah ku kembalikan atau di setiap tuts keyboard laptop yang bunyinya kasar-tak punya nada dasar.
Wahai Januari, maukah kau datang lebih pagi. Supaya aku bisa menyetel ulang pangkal pikiranku yang sekarang ini sangat keruh lagi dangkal. Aku ingin memulai dari nol lagi. Aku ingin mempunyai semangat dan harapan baru lagi. Adakah obat yang bisa membuatku tertidur mulai malam ini, awal bulan November sampai akhir bulan desember? Dokter, peneliti, siapapun, kah kalian punya obat itu?
Kata, tahukah kau. Karena ulahmu yang tak kunjung muncul, aku mulai bertengkar dengan siapa saja. Kemarin aku bertengkar hebat dengan keluarga. Kemarinnya lagi aku berdebat dengan para kawan. Juga sampai sekarang aku masih terlibat aktif dalam perang hebat tanpa henti, dimana aku dan cinta sudah seperti Israel versus Palestina. Yang mana engkau bertindak menjadi Amerika. Yang mana aku lupa Amerika bertindak sebagai apa. Ini karena ulahmu kata!
Kata, kuberi tahu kau. Hujan sebentar lagi akan datang. Tinggal menunggu hitungan detik saja titik-titik air yang rinai itu akan menghampiriku. Tidak sadarkah kau? Lupakah kau betapa pentingnya hujan dalam setiap aspek kehidupanku? Tentu malulah aku jika tidak bisa menulis sesuatu untuk menyambutnya. Mau ditaruh dimana mukaku ketika aku bertemu hujan yang mengeliling.
Apa yang harus kulakukan? Kata, maukah kau berbaikan denganku, lagi? Aku ingin kita bekerja sama membangun jembatan yang bisa menyambungkan. Terutama harapan dan realita. Aku ingin kita bahu-membahu saling membantu untuk mendirikan pintu. Yang bisa mengeluarkanku dari ruang hampa nirmakna ini.
Setujukah kau kata? Aku sudah capai bergulat bin bergelut dengan pemborosan makna. Jadi kata, mari bersama kita belajar mencari dan menemukan makna. Bukankah karena itu engkau dicipatkan oleh Tuhan?
Mari menulis apa saja, yang penting punya makna. Bagiku, bagimu, bagi seuruh jagat tata surya.
(diketik 1 nopember di malam yang penuh tapi hampa)


Comments

  1. akhirnya kata berhenti nyolot jg yak

    ReplyDelete
    Replies
    1. dikit-dikit udah baikan,, ini lagi proses rujuk hahaha

      Delete
  2. beruntung banget kalau kata masih mau tengkar ama kita. itu tandanya hidup. *hehe sotoy*

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha,, gitu juga boleh
      makasih udah mampir ke blog gue

      Delete
  3. Tidak perlu januari untuk itu. Mulailah dari hari ini dan sekarang. Hadapilah realita.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts