ALTHEA

Kau adalah kopi hitamku

Namanya Althea. Gadis penuh misteri. Tentu wajahnya sangat cantik. Kulitnya kuning langsat, khas gadis Asia Tenggara dicampur sedikit darah kompeni Belanda. Hidungnya mancung. Tatapan matanya tajam menjurus kelam. Rambutnya hitam, panjang dan agak bergelombang. Tapi aku lebih suka ketika rambutnya pendek sebahu. Suaranya kurang merdu, tapi selalu sukses membuatku rindu. Tubuhnya proporsional untukku, tidak terlalu tinggi namun juga sulit menyebutnya pendek. Badannya ramping. Bukan tipikal gitar Spanyol sih, tapi untuk ukuran lensa mataku, dia tetap nyaman dipandang. Meski agak kurus juga kalau dipikir-pikir lagi.

Aku jadi membayangkan kalau dia menjadi kekasihku, setiap hari pasti akan ku ajak berwisata kuliner ke restoran-restoran  yang menyediakan santapan dengan porsi setara orang yang tidak makan selama tiga hari berturut-turut. Aku akan membuatnya gemuk, sepertiku. Gemuk adalah tren yang sedang kugembar-gemborkan sebagai trend fashion tahun ini.

Senyum Althea adalah bagian terindah yang dia tawarkan kepada dunia, duniaku terutama. Ada misteri tersembunyi di balik senyumnya. Sulit membedakan apakah dia sedang benar-benar tersenyum atau sedang pura-pura. Aku jamin orang tuanya pun tidak bisa membedakan keduanya. Menurutku senyumnya selevel dengan Monalisa. Tapi tentu lebih cantik Thia daripada Mona. Aku tidak bermaksud menyinggungmu, da Vinci. Hanya, kau pasti langsung setuju ketika melihat senyum Althea. Senyum misteriusnya. Senyum menawan dari gadis rupawan.

Selain senyumannya, aku juga suka dengan rambutnya. Terutama ketika dipotong pendek. Tetapi sekarang juga dia tetap kelihatan cantik dan dewasa dengan rambut panjangnya. Rambutnya harum. Ketika aku berjalan dengannya, atau ketika sedang berpapasan dengannya, aku selalu menyempatkan waktu untuk menutup mataku dan membaui aroma tubuhnya, terutama rambutnya. Mungkin aku terdengar seperti pria menyeramkan, tapi aku selalu suka membaui rambutnya. Shampoo apa sih yang kau pakai, Thi? Apakah ini yang dinamakan pheromone?

Jujur, aku kurang atau tidak begitu mengidolakan matanya. Tahu kenapa? Kadang aku tidak berani menatap matanya secara langsung. Pikirku, jika aku sudah jatuh cinta dengan senyumnya, apa yang akan terjadi jika aku melihat matanya? Bisa tenggelam aku bila menatapnya terlalu lama. Walaupun, aku pernah melihat matanya dan dia juga membalas tatapanku. Kami saling beradu pandang, tapi tidak ada reaksi yang terlalu luar biasa. Mungkin aku hanya sekedar menjaga citra atau mungkin juga waktu aku menatap matanya, aku menutup mataku. Maksudku, aku menatapnya tapi dengan tatapan kosong. Ah, aku bingung juga tentang kejadian waktu itu.

Selain pesona fisiknya yang mempesona, aku juga mengidolakan perangainya. Sangat wanitawi. Althea adalah tipe gadis yang mudah bergaul dengan siapa saja namun tetap bisa menjaga dirinya. Althea suka membantuku ketika aku sedang dalam masalah. Tapi kadang Althea juga suka tidak mempedulikanku. Entah sengaja atau hanya pura-pura. Yang jelas aku selalu memperhatikannya. Setiap waktu. Aku tahu banyak hal tentangnya.  Althea juga seorang gadis pekerja keras kalau dia sedang mau untuk bekerja keras. Selebihnya dia adalah pemalas. Tapi aku tetap suka. Dia sangat berkarakter walau kadang terlalu mudah ditebak.

Apakah aku sudah menyebutkan kalau Althea-ku sangat cantik? Entah kenapa yang ingin kutulis hanya tentang kecantikannya. Lewat tulisan ini, aku hanya ingin mengingatkan diriku kalau malam ini dan juga malam-malam sebelumnya aku pernah dan telah jatuh cinta kepada Althea. Semoga ketika suatu saat aku patah hati dibuatnya-itu adalah suatu keniscayaan, maka aku akan membaca tulisan ini. Mengumpulkan ingatan tentang betapa aku pernah mencintainya dan betapa aku selalu merindukannya setiap saat. Terutama malam ini, tiba-tiba saja aku teringat adegan ketika tanganku dan Althea tidak sengaja saling berpegangan dan sedetik kemudian dia menamparku lalu tersenyum. Hahaha. Aku masih penasaran dengan senyuman itu. Juga aku masih teringat dengan hangat dan lembutnya tamparannya. Kau adalah wanita pertama yang pernah menamparku, Thi.

Terakhir. Hey, Thi. Selamat menempuh hidup baru. Semoga kau bahagia dengan lelaki pilihanmu itu. Meski aku kurang setuju karena restuku hanya berlaku ketika kau bersanding denganku, tapi aku selalu mendoakanmu. Semoga kau selalu bahagia.

Kau adalah kopi hitamku.
Dan aku adalah bocah edan yang selalu berusaha untuk meraih senyummu.

Comments

  1. sak sruputan dong kopinya

    adibriza.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sini mampir ke jogja, tak kasih :)

      Delete
    2. Bearrti kita sesama tinggal di Yogya neh?

      Delete
    3. Ada blogger jogja juga toh :D
      Salam kenal mbak,, Jogjanya mana??

      Delete

Post a Comment

Popular Posts