SELAMAT TINGGAL, SKRIPSI
Kamis 30 Juni. Seminggu sebelum
lebaran kemarin menjadi hari yang sangat melegakan bagi saya. Akhirnya agenda
pendadaran skripsi saya benar-benar terlaksana, dan meskipun tidak sesuai harapan
karena sempat dicecar beratus-ratus pertanyaan oleh penguji utama serta
kelabakan dalam mencari jawaban yang sesuai, namun pada akhirnya saya dinyatakan
lulus. Hurray.
Mari tidak membicarakan nilai
ataupun IPK dengan berbagai alasan apapun. Lebih asyik menceritakan pengalaman
dalam proses skripsi itu sendiri. Perlu diingat, saya tidak menggolongkan
perjuangan skripsi saya termasuk kategori berat karena hampir di berbagai
kesempatan saya menyaksikan perjuangan teman saya lebih berat. Kata yang tepat
dalam mendeskripsikan perjuangan skripsi saya adalah melelahkan.
Menjadi mahasiswa pemalas
sangatlah tidak menguntungkan. Walaupun menyenangkan, namun ketika sampai pada
masa Tugas Akhir Skripsi, akan menjadi petaka yang hanya bisa diselesaikan lewat
bantuan doa. Hahaha. Jujur, semenjak fase pengerjaan skripsi, saya menjadi
lebih religius dari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh fakta sejarah yang menunjukkan
bahwa kakak-kakak angkatan saya yang religius akan lebih cepat lulus dibanding
yang semi-religius.
Beruntungnya, meski saya adalah
pemalas namun saya mempunyai tujuan jelas yang harus dicapai : merampungkan
skripsi saya secepatnya. Tujuan itulah yang membuat saya berhasil menaklukan kemalasan saya. Meski
pelaksanaannya terasa sangat lucu dan melelahkan.
Dalam mencapai tujuan mulia itu
dan disertai tingkat kemalasan super yang saya kuasai, saya hanya mau
mengerjakan skripsi apabila telah janjian dengan dosen pembimbing dulu. Begadang
semalam suntuk sebelum pagi untuk konsultasi dengan dosen pembimbing pun
menjadi hal tak terelakkan.
Selain faktor internal dari
pribadi saya, tentu ada faktor eksternal juga yang menjadi faktor penentu
perjuangan skripsi saya. Pertama, adalah skripsi saya itu sendiri. Jujur, sebenarnya
skripsi yang saya buat ini tidak terlalu sulit karena merupakan modifikasi dari
skripsi yang pernah dibuat sebelumnya, hahaha. Skripsi ini menjadi rumit ketika
dipertemukan dengan faktor eksternal nomor dua, apalagi kalau bukan dosen
pembimbing.
Untuk membicarakan dosen
pembimbing skripsi tentu akan menimbulkan berjuta rasa gemas bagi setiap
mahasiswanya. Demikian juga saya. Pada intinya, dosen pembimbing saya ini baik,
tapi juga jahat, hahaha. Baik karena saat moodnya sedang happy maka pak dosen
akan mudah ditemui dan ACC adalah hal yang pasti. Namun ketika sedang bad mood
dan sibuk, diajak janjian pun tidak akan membalas. Pun ketika sudah janjian,
maka akan datang terlambat atau lebih parahnya lagi, beliau tidak akan datang.
Nah, dosbing saya ini kebanyakan mengalami bad mood. Walhasil, yang sebenarnya
target skripsi saya adalah lulus beberapa bulan lalu, terpaksa harus mundur
teratur.
Pada mulanya, perjalanan skripsi
saya berjalan baik-baik saja dan bahkan pada saat penelitian pun saya termasuk rombongan
yang paling awal. Namun setelah penelitian itu, bencana datang silih berganti.
Mulai dari pak dosen yang ke luar negri, sedang sakit, sibuk, tidak bisa
ditemui dan bla bla bla. Hampir dua bulan setelah penelitian, saya tidak
bertemu dan ketika bertemu pun revisi demi revisi akan menjadi kesimpulan
setiap akhir konsultasi. Apalagi revisiannya hanya berkutat pada topik yang
itu-itu saja dan selalu tidak ada perkembangan yang jelas. Rasa frustasi pun
mulai menggejala.
Sempat muncul berita yang menghebohkan
ketika ada seorang mahasiswa yang membunuh dosennya karena masalah skripsi. Tak
pelak, berita itu menjadi jokes yang paling popular di kalangan mahasiswa
semester tua. Kemudian muncul pertanyaan konyol dalam diri saya: Sendainya rasa
frustasi saya mencapai titik paling puncak, apakah saya akan melakukan hal
seperti itu?
Jawabannya, sebagai manusia yang
berhati nurani tentu saya tidak akan meledak sampai seperti itu. Namun, hahaha,
sebagai manusia rasional, saya juga tidak akan berani menyimpulkan sesuatu yang
belum pasti. Sebab segala kemungkinan bisa terjadi, hahaha.
Kembali ke perjuangan skripsi,
ujian demi ujian skripsi teman seangkatan saya hampir setiap hari terjadi dan
membuat saya menaruh rasa iri, hahaha. Apalagi mengingat fakta bahwa saya lebih
dulu melakukan penelitian daripada mereka. Geregetan.
Singkat cerita, tidak ada
perjuangan yang tidak membuahkan hasil. Pada injury time bulan ramadhan
kemarin, dosen pembimbing saya melunak dan mendadak mood nya membaik. Akhirnya
skripsi saya di acc dan bisa melaksaakan ujian pendadaran. Sampai disini pun
masalah belum kunjung usai karena saya sempat kesulitan mencocokkan jadwal
ujian saya dengan dosen-dosen yang akan menguji saya. Terlebih yang menguji
saya adalah, yang satu professor, yang satunya lagi kepala jurusan. Hahaha.
Ujian berhasil dilalui dan
setelah itu dikejar deadline revisi agar bisa yudisium akhir bulan Juli.
Lebaran yang seharusnya menjadi waktu istirahat saya ternyata dihabiskan untuk
mengerjakan revisi yang bisa dikatakan lumayan banyak. Ditambah, saat itu saya
juga di ajak teman untuk menjadi tenaga bantuan di sebuah villa di daerah Candi
Borobudur. Saya yang sok kuat dan kementhus
ini pun memenuhi ajakan tersebut sehingga membuat jadwal tidur saya kacau
galau. Pagi kerja malam mengerjakan revisi. Pada fase ini, meskipun lelah entah
kenapa saya sangat menikmatinya.
Seminggu setelah lebaran, revisi
pun dikonsultasikan dengan penguji. Setelah beberapa kali revisi, akhirnya di
acc juga. Kemudian tinggal merampungkan syarat-syarat yudisium dan wisuda.
Drama terakhir, penguji utama
saya sedang pergi ke Jakarta ketika saya ingin meminta tanda tangannya padahal
deadline penyerahan berkas semakin menyempit. Saya pun harus menunggu di akhir
batas penyerahan berkas persyaratan yudisium! Pun dijam yang agak akhir pula!
Sempat deg-deg-sir sangat. Namun syukurlah, semuanya bisa selesai dan yudisium plus
wisuda pun adalah hal yang nyata. Hahaha.
Malam ini, beberapa malam sebelum
wisuda, ketika saya menulis cerita ini terbayang berbagai kenangan konyol yang
menggemaskan, melelahkan dan sedikit menyedihkan saat membayangkan perjuangan
saya. Namun, tentu ada rasa menyenangkannya juga, terutama pada saat berhasil
menyelesaikannya.
Sebuah perjalanan yang
melelahkan. Selamat tinggal dosen pembimbing, ruang dosen terutama beranda
tempat saya dan teman-teman menunggu, perpustakaan, kajian teori, berjuta-juta
lembar kertas hvs, tempat print-printan, dan terakhir dan yang utama, SELAMAT
TINGGAL SKRIPSI.
Selamat datang pengalaman dan perjuangan
baru. Semoga saya terdampar di jalan yang benar.
Comments
Post a Comment