VALENTINE


Setiap tahun, tanggal 14 Februari sudah terjadwal sebagai hari Valentine di seluruh dunia. Indonesia, salah satu negara yang mengaku demokratis, selalu merayakannya dengan lebih kreatif. Biasanya ada kelompok-kelompok  pro dan kontra yang saling nyinyir-menyinyiri. Seringnya kelompok yang berbeda pandangan ini saling kutuk-mengutuki. Hal yang indah untuk dinikmati karena hanya terjadi setahun sekali.  Meskipun sebelum dan sesudah Valentine juga sudah terjadwal waktu-waktu untuk saling bertengkar.

Spesialnya, Valentine tahun ini justru malah lebih adem ayem dibanding tahun-tahun sebelumnya. Fenomena janggal yang entah harus disyukuri (atau disesali) mengingat rekam jejak orang-orang Indonesia yang hobi mengkisruhi saudara-saudara sebangsa setanah air yang berbeda dibanding kelompoknya.

Hal ini terjadi karena isu Valentine-haram kalah pamor dibanding isu pilkada (Jakarta) yang sekarang ini nampaknya semua orang sudah lelah mendengarkannya. Cepatlah usai pilkada. Masih banyak isu-isu dan masalah lain yang lebih penting untuk dipikirkan dan diperdebatkan. Mbok ya malu, orang-orang luar negeri sudah sibuk merancang program luar angkasa dan kita masih terjerembab dalam peceren SARA yang tidak ada juntrungnya.

Kembali ke laptop. Hari Valentine adalah hari kasih sayang. Aku ingin mengucapkan selamat merayakan bagi orang-orang yang mengimaninya. Aku juga paham mengapa ada orang-orang yang mengutuknya. Dan untuk malam ini aku cenderung ingin merayakannya.

Jangan berbaik sangka dulu. Tahun ini aku masih berstatus jomlo. Perempuan yang  ku cari masih ndekem dengan primpen di persembunyiannya. Sehingga, aku ingin mengekspresikan kasih sayangku kepada... teman-temanku.

Setelah lulus kuliah dan berpisah dengan teman sekampus dan satu kost, aku jadi lebih sadar betapa pentingnya peran teman untuk seorang individu. Sedikit klise tapi juga terbukti kebenarannya. Teman selalu ada disaat kita butuh dan tidak membutuhkannya. Tentu keluarga selalu nomor satu dan kekasih tetap menjadi hal utama bagi seorang manusia. Namun bersama teman, seorang manusia bisa menjadi diri yang benar-benar dirinya. Tanpa ada rasa takut melanggar batas nilai-nilai yang ditegakkan dalam keluarga serta pantangan-pantangan yang dibuat pasangan.

Ketika bersama teman, tidak pernah ada peraturan. Kau jadi dirimu dan aku jadi diriku. Kau boleh mengajakku untuk mengikutimu tapi kau juga menghormati aku untuk menolaknya. Mungkin itu pedoman tidak tertulis yang menjadi syarat pertemanan yang langgeng. Saling ejek ketika bertemu dan saling puji dibelakang (atau tidak pernah) mungkin juga salah satu resepnya. Sialan. Aku benar-benar kangen keriuhan lelucon dangkal bersama teman-temanku.

Meskipun bersama teman banyak senang-senang dan tidak seriusnya namun ada saat-saat tertentu ketika teman lebih memahami kita dibanding pacar atau bahkan keluarga. Kita lebih nyaman menceritakan aib-aib dan dosa-dosa kita kepada teman.  Sebab, tentu, kita tidak ingin dinilai buruk oleh orang yang kita sayangi. Dan itu menjadikan teman, di satu titik, mempunyai peran lebih dibanding keluarga dan kekasih. Ketiadaan ikatan membuat manusia menjadi lebih bebas. Kemudian kebebasan membuat yang tak terikat itu menjadi sesuatu yang rekat.

Kepada keluarga manusia mencintai, kepada kekasih manusia mempercayai, kepada teman manusia mempedulii. Selamat hari kasih sayang teman. Aku mengasih sayangimu,,,


Comments

Popular Posts