TENTANG GADIS KECIL DI POJOKAN
Tidak akan pernah kusiapkan kata siap ketika sampai waktunya kau pergi. Aku tidak mau aku siap. Aku tidak mau kau pergi |
Di pojokkan itu,
Sesudut ruang hampa yang
gulita
Ada gadis kecil
sedang terduduk menunduk
Terisak mencoba
pura-pura terbahak
Dengan wajah kelam
dia berusaha tersenyum
Namun tiada bisa
Semalam dia ditinggal
pergi pahlawannya
Berpamitan untuk
berkelana mencari bahagia
Si bocah menolak
mentah-mentah pengembaraannya
Tapi dia dijemput
pasukan beriring layaknya pengawal raja
Dia menangis sekuat
tenaga, sambil memegangi jubah pahlawannya
Meyakinkannya untuk
tetap tinggal,
Bersamanya,
Hanya untuk
selamanya,
Namun tiada bisa
“Kenapa kau tega
meninggalkanku wahai ksatria?”
“Aku tidak pergi, aku
masih tinggal dihatimu”
“Kau pikir aku bodoh,
kau selalu abadi di hatiku, tapi aku masih butuh jasadmu”
“Justru karena kau
cerdas, maka aku berani meninggalkanmu”
“Kau selalu
membodohiku dengan pemutarbalikan kata-katamu”
“Dan kau selalu bisa
menangkapnya”
“Tidakkah kau sudah
bahagia denganku?”
“Tentu. Seisi dunia
akan kutinggalkan hanya untuk tetap bersamamu”
“Lantas kenapa kau
pergi?”
“Karena bukan dunia
yang memanggil”
“Bolehkah aku ikut
bersamamu?”
“Itu sebuah
kewajiban. Kau harus bersamaku. Tapi bukan sekarang.”
“Kenapa tidak
sekarang?”
“Kau masih punya
urusan dengan semesta”
“Tapi aku juga masih
punya urusan denganmu. Lebih daripada urusanku dengan dunia”
“Kau belum mengerti.
Suatu saat kau pasti mengerti”
“Kenapa harus suatu
saat? Kenapa tidak sekarang? Ajari aku. Pahamkan aku, wahai lumbung ilmu”
“Kau harus mencari
jawabannya sendiri. Sudah cukup aku menuntunmu. Akan kutunggu kau diujung ufuk.”
“Tunggu dulu, kenapa
tergesa-….”
Belum sampai si gadis
kecil menyelesaikan kalimatnya pahlawannya telah pergi.
“Tunggu dulu, aku
belum mengucapkan selamat tinggal. Aku belum mengucapkan maaf. Aku belum
mengucapkan terima kasih. Kenapa kau tega meninggalkanku dengan tanpa
perpisahan yang layak”
Air matanya keluar
tanpa komando
Dia menangis
sekencang-kencangnya
“Aku masih
membutuhkanmu. Aku, aku, aku ….”
“Bagaimana aku akan
menjalani hidup tanpamu?”
Air matanya belum
berhenti keluar dari mata hampanya
Sampai malam ini
Entah sampai kapan
dia akan tetap di pojokan itu
Masih mencoba untuk
tersenyum dengan mimik muka kelam
Layaknya kapal karam
yang tak terselamatkan
Tenggelam
Banyak yang sudah
berusaha menghiburnya
Namun tiada bisa
Hanya keberadaan
pahlawannya saja yang membuatnya bahagia
Namun tiada bisa
Wah sumpah saya suka baca puisinya. Saya suka banget baca dan bikin puisi. Agan bisa cek karya-karya disini www.nyanyiankamar.blogspot.com
ReplyDeleteDan sebagai penggemar puisi, menurut saya puisi agan bagus. Mungkin suatu saat kita bisa kerja sama nih hehehe
Makasih gan,, puisi agan juga keren pake bangett,,
Deletengalir banget puisinya, dipojokan ntar kesurupan loh hehehe
ReplyDeleteLah mau pegimane lagi bang, emang doi sukanya di pojokan, haha
DeleteBtw, makasih udah mampir gan
Tulisannya keren-kereeen.. Dikumpulin kirim ke penerbiit coba gan ..
ReplyDeleteBtw salam kenal ya
Makasih,, ide yang bagus,, semoga aja ada penerbit yg mau baca,,
DeleteSalam kenal juga,,